|
Pleidoi untuk keraguan
Jakarta, 5th July 2006
pohon adalah pohon
tetes adalah cairan
gunung terbikin dari batu
atau tidak?
pada hari-hari tertentu batu transparan
di negeri yang jauh ombak-ombak omong
aku pernah melihatnya, aku pernah mendengarnya
sejak itu semua berobah, sejak itu
aku tak tahu apakah aku mungkin seekor serangga
aku tak tahu apakah maut memang yang terakhir
aku tak tahu apakah benar punggungnya matahari hijau
namun ku tahu bahwa bertahu itu
mulai dengan tidak bertahu, dengan
memandangi sinar di mata
seorang yang tak dikenal, dengan
tidak mengetahui bagaimana
esok harinya akan dialami
mungkin ku akan menyanyi, namun
mungkin juga berdiamkan diri
mungkin aku adalah bunga kamboja
yang berkembang di sebuah kebun di Jakarta
mungkin aku pencuri
yang mencuri dari yang punya sedikit pula
mungkin aku adalah aku
tak seorangpun yang tahu
tak seorangpun yang bisa ditanyakan
atau mungkin?
(...)
During the International Poetry Festival Indonesia in the summer of 2006 I wrote a protest poem against all the politically charged poetry of poets who seemed to be completely sure about the way the world is made. The poem is called 'Pleidoi untuk keraguan', in english 'A plea for doubt´. The translation into Bahasa Indonesia was made by Linde Voûte.
Click here to read the complete poem.
For this festival Linde Voûte translated also some of my other poems.
For Para penghuni, or 'The inhabitants' click here
For Lima Portret, or 'Five portraits', click here
|